Rabu, 09 Maret 2016

Bahaya Merokok Bagi Kesehatan

Rokok dan Kematian

Rokok merupakan salah satu penyebab kematian utama di dunia dan merupakan satu-satunya produk legal yang membunuh seperti hingga setengah penggunannya. Survey Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia tahun 2007 menyebutkan setiap jam sekitar 46 orang meninggal dunia karena penyakit yang berhubungan dengan merokok di Indonesia.
Kebiasaan merokok sedikitnya menyebabkan 30 jenis penyakit pada manusia.  Penyakit yang timbul akan tergantung dari kadar zat berbahaya yang terkandung, kurun waktu kebiasaan merokok, dan cara menghisap rokok. Semakin muda seseorang mulai merokok, makin besar risiko orang tersebut mendapat penyakit  saat tua.

Mengapa Rokok Berbahaya?

Dalam satu batang rokok mengandung sekitar 7.000 zat kimia, 200 jenis diantaranya bersifat karsinogenik, yaitu zat yang merusak gen dalam tubuh sehingga memicu terjadinya kanker, seperti kanker paru, emfisema, dan bronkitis kronik. Atau juga kanker lain, seperti kanker nasofarings, mulut, esofagus, pankreas, ginjal, kandung kemih, dan rahim. Aterosklerosis atau pangerasan pembuluh darah bisa menyebabkan penyakit jantung, hipertensi, risiko stroke, menopause dini, osteoporosis, kemandulan, dan impotensi.
Racun rokok terbesar dihasilkan oleh asap yang mengepul dari ujung rokok yang sedang tak dihisap. Sebab asap yang dihasilkan berasal dari pembakaran tembakau yang tidak sempurna.  Asap rokok mengandung sejumlah zat yang berbahaya seperti benzen, nikotin, nitrosamin, senyawa amin, aromatik, naftalen, ammonia, oksidan sianida, karbon monoksida benzapirin, dan lain-lain. Partikel ini akan mengendap di saluran napas dan sangat berbahaya bagi tubuh. Endapan asap rokok juga mudah melekat di benda- benda di ruangan dan bisa bertahan sampai lebih dari 3 tahun, dengan tetap berbahaya.

Bahaya Perokok Pasif

Perokok pasif lebih berbahaya dibandingkan perokok aktif. Bahkan bahaya perokok pasif tiga kali lipat dari bahaya perokok aktif. Dokter Budhi Antariksa, Spesialis Paru dari Rumah Sakit Royal Taruma mengatakan, sebanyak 25 persen zat berbahaya yang terkandung dalam rokok masuk ke tubuh perokok, sedangkan 75 persennya beredar di udara bebas yang berisiko masuk ke tubuh orang di sekitarnya.
Konsentrasi zat berbahaya di dalam tubuh perokok pasif lebih besar karena racun yang terhisap melalui asap rokok perokok aktif tidak terfilter. Sedangkan racun rokok dalam tubuh perokok aktif terfilter melalui ujung rokok yang dihisap. Namun konsentrasi racun perokok aktif bisa meningkat jika perokok aktif kembali menghirup asap rokok yang ia hembuskan. “Namun karena perokok aktif sekaligus menjadi perokok pasif maka dengan sendirinya risiko perokok aktif jauh lebih besar daripada perokok pasif,”  ujar dr.Budhi Antariksa.
Selain itu, berbagai hasil penelitian juga menyimpulkan  perokok wanita berisiko 25 persen lebih tinggi daripada perokok pria. Perokok wanita memiliki risiko ganda terhadap penyakit jantung dan kanker paru-paru bila dibandingkan dengan perokok pria. Penyebabnya karena wanita memiliki berat badan dan saluran darah yang lebih kecil dari pria.
Bahaya merokok pada wanita antara lain: Merusak kulit, mengganggu sistem reproduksi, menganggu siklus menstruasi termasuk timbulnya rasa nyeri, menurunkan kesuburan, meningkatkan risiko terkena kanker payudara, rahim, dan kanker paru-paru, menganggu  pertumbuhan janin dalam rahim, menganggu kelancaran ASI, keguguran, hingga kematian janin.

Kiat Berhenti Merokok

  1. Niatlah sungguh-sungguh bahwa Anda berhenti merokok
  2. Umumkan pada orang-orang di sekitar bahwa Anda akan berhenti merokok dan mintalahdukungan mereka.
  3. Jauhilah lingkungan para perokok.
  4. Carilah aktivitas yang berguna bagi tubuh
  5. Bawalah selalu permen kemanpun Anda pergi.
Rokok merupakan penyebab kesakitan dan kematian yang dapat dicegah. Sebelum terlambat, berhentilah merokok demi diri Anda dan orang-orang di sekitar Anda.
Nara Sumber:  dr. Budhi Antariksa SpP PhD, Dokter Spesialis Paru dari Rumah Sakit Royal Taruma.

Ini Kata NASA Soal Bahaya Gerhana Matahari Total

 Laman Badan Nasional Aeronautika dan Antariksa Amerika Serikat (AS) atau NASA mengatakan, ada beberapa penelitian yang pernah membuktikan bahaya gerhana matahari. Namun, bahaya tersebut terdapat pada gerhana matahari setengah, bukan gerhana matahari total (GMT).

Ketika matahari terbungkus total oleh bulan bisa dikatakan hal ini aman dilihat oleh mata telanjang. Selain itu, saat matahari tertutup total oleh bulan juga merupakan waktu yang tepat untuk menyaksikan gerhana matahari.

"Meskipun ada sejumlah rekomendasi pencegahan kerusakan mata, namun gerhana matahari total itu aman dan bisa dilihat tanpa filter apapun. Pandangan mata telanjang dari totalitas tidak hanya benar-benar aman, itu benar-benar dan sangat menakjubkan," tulis NASA.

NASA pun mengimbau, untuk tidak melihat gerhana matahari sebagian dengan mata telanjang. Menurut mereka, ada peralatan dan teknik khusus untuk melihat fenomena tersebut. Beberapa perlatan tersebut seperti proyektor.

"Bahkan ketika 99% permukaan matahari (fotosfer) tertutup selama fase parsial gerhana matahari, cahaya dari bulan sabit yang tersisa masih cukup kuat menyebabkan luka bakar pada retina. Cara yang paling aman dan murah adalah menggunakan proyektor melalui teropong atau teleskop kecil yang terpasang pada tripod untuk memproyeksikan gambar dari matahari ke layar putih," tambah mereka.

Selain menggunakan proyektor, filter yang dirancang khusus untuk melindungi mata juga menjadi alternatif yang tepat. Umumnya, filter memiliki lapisan tipis kromium atau aluminium yang diendapkan dapat melemahkan radiasi.

Idealnya, filter yang aman harus mengirimkan kurang dari 0,003% cahaya (380—780 nm) dan tidak lebih dari 0,5% dari radiasi inframerah dekat (780—1.400 nm).

Kaca warna nomor 14 yang biasa digunakan tukang las, diklaim sebagai salah satu filter yang paling banyak tersedia untuk melihat matahari dan aman. Masyarakat pun bisa mendapatkannya dari toko pengelasan.

Ada juga beberapa ahli yang menggunakan lapisan compact disk (CD) yang dipercaya bisa menghambat paparan radiasi. Sayangnya, lapisan ini juga tidak cukup melindungi mata.